Bila Mafia Modern dan Dedengkot Tradisi Bertemu...

, , 6 comments
Al Capone
Sebuah judul yang provokatif, tapi ini bukan dalam artian si modern NATO bertemu suku Badui dan berperang, atau bukan pula Al Capone bertemu dengan Laskar Bali.

Lalu siapa bertemu siapa?


Penggemar dan penggiat musik modern, bertemu dengan penjaga tradisi gamelan Bali. Dua genre yang terlalu berbeda, jauh sekali perbedaan antara Beast n The Harlot, dengan -uhm...- Mejangeran!!! Tapi kedua gank ini memiliki satu persamaan, persamaan yang mencari jalan tengah diantara segala perbedaan genre itu menjadi sebuah kekuatan, dengan berbensinkan kreatifitas karena: mereka sama-sama pewaris tradisi tanah ber-bhhinneka nusantara ini!
Anyway...
Thanks God, for Youtube...





Seminar Penilaian Nasional, acara yang membuat semua hal tadi menjadi possible. Dan disana orang-orang ini (baca: kami, red) ingin memberi kesan dan pesan: "selalu ada jalan tengah", -khas orang Bali memang- bahwa musik itu tidak harus kaku bagaikan dogma lah, harus sesuai leluhur lah, harus sesuai pakem-pakem turun temurun lah, dan bila tidak mematuhinya, kami akan dianggap sesat atau dilaknat Tuhan lah

TIDAK! 

Tuhan, Sang Pencipta, Sang Hyang Widhi, Allah, Yahweh, The Great Architect, atau entah siapa lagi manusia-manusia ini ingin menyebutnya tidaklah menciptakan manusia sekedar untuk menjadi robotNya, menjadi manusia kering yang kaku. Jelas-jelas Ia menganugerahi otak dan hati pada kita, agar kita senantiasa dapat mencipta, berkarya, membuat rasa baru dalam kehidupan yang Ia ciptakan.

Ia (aku yakini) berharap, agar setiap sisi yang diciptakanNya mau saling pandang dengan rendah hati :)

Bukankah seperti video diatas, terjadi kerendahan hati antara dua dunia seni? Tak ada yang merasa superior, sehingga tak mau bergabung dengan (atau mengakui) dunia seni lainnya. Seni gamelan yang dikelan adiluhung tak mencibir si modern, sementara seni musik modern yang diterima luas oleh dunia juga mau menggandeng tangan si tradisional, bersama-sama menciptakan warna baru.
Apa namanya itu?

Saudaraku, itulah Pluralitas, buah manis dari Pluralisme
Dan bila definisi pluralisme di kepalamu sekedar "penyamarataan semua agama", silakan cek lagi siapa yang meracunimu dengan kebencian. Setelah itu silakan cek lagi apa itu pluralisme menurut Gus Dur dan SLANK. Bahkan saking cinta dan kreatifnya, PLUR sempat jadi titel album Slank. Dan itu akronim dari Peace, Love, Unity, and Respect.


Wah... 
kok jadi jauh menyimpang dari video musik yah! Maaf, kalau masuk topik ini, saya sering jadi tak fokus :D 

Tapi, inilah hasil dari pluralisme, video akustik ber-plur-ria dengan musik modern. 

Silakan nikmati, ada Depapepe disana, ada lagu tradisional nusantara, mulai dari Sumatra sampai Papua disana, ada melodi singkat ala blues rockabilly disana. Bahkan ada marakas!!!

Fuckyeah...
Pasal 27 UUD 1945 boleh bilang kalau semua berkedudukan sama dimata hukum dan pemerintahan. Namun musik telah melakukan itu semua jauh lebih dulu. Semua sama dimata sang musik. 

Musik adalah pesan. Lennon tahu itu, Bob Marley apalagi. Pesan untuk selalu membawa perdamaian, persamaan, karena perasaan manusia saat menikmatinya tak lagi terpisah sekat-sekat ras, agama, geografis, maupun pembeda lainnya. Biarkan musik selalu universal...

Anda tak percaya? Lihat quotes satu ini lagi :)

"... aku pun menitikkan air mata saat mendengar lagu rohani orang negro (meskipun aku tak tau arti tiap kata-katanya)..."
Bung Karno

Selamat menikmati video dari kami diatas....

6 komentar:

  1. diantara perbedaan itu kita mencari persamaan yang dapat menyatukan perbedaan itu, semua sama karena kita berasal dari "satu sumber" yang sama. Marilah kita bersatu demi tujuan bersama Novus Ordo Seclorum.

    BalasHapus
  2. sudah jelas dari tata bahasa anda, istilah2 mason yang fasih :D , anda adalah BHELLA!!!!

    BalasHapus
  3. Gokil..
    musik memang bahasa universal.

    "Guitar is human soul talks, with only 6 strings"

    quote ini juga mewakili universalitas musik. :)

    BalasHapus
  4. tetap semangat dengan musiknya dan tetap majukan keahlian dosen menatap mahasiswa Indonesia

    #iri.liat.stan

    BalasHapus
  5. meski Eddie Lee haya tokoh rekaan :) , tapi idola saya dia, Gunmen... haha

    ah... bagaimana iri, Mah... UI punya ruang gamelan, sementara kami nyilih di pura...

    BalasHapus
  6. dari musik sampai pluralisme, bahasannya kemana2, jd mgkn bs ditambah paragraf2 kembangan dr bhasan yg bnyk tsb dan bs jd paper ato makalah.
    Salut wa.

    setuju jg dgn pndpt anonymous pertamax...
    mgkn namanya ga pake H dan L double..

    BalasHapus

Tinggalkan komentar sebagai name/url, dan tulis namamu di sana...